Pengertian Bhakti
☑ Pengertian Bhakti
Bhakti berasal dari urat Bhaj (bahasa Sanskerta) yang berarti terkait Tuhan. Dari urat kata ini terbentuk kata Bhakti yang berarti kasih sayang demi kasih sayang kepada Tuhan. Juga dari urat kata Bhaj terbentuk kata Bhajan yang berarti:
1. Bhakti sepenuh hati
2. Bhakti sambil bernyanyi (nyanyiin Suci/kepada Tuhan)
Ada beberapa kata yang bersinonim dengan kata Bhakti antara lain: prartha, sandya, arardhana, upayana, dhyana, puja, (nam) japa, stava, swadhayaya, stuti, bhajan, parama prema rupa. Menurut Rsi Naradha, ciri Bhakti dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Tidak mempunyai rasa takut
2. Paling mudah
3. (Merasa) aman
4. Meyakinkan
5. Mendapat hasil yang tercepat
6. Prihatin
7. Rendah hati
Ketujuh ciri Bhakti tersebut terlihat semua dan sepenuhnya pada Bhakta seperti yang terlihat pada diri Prahlada, putra dari Hiranyakasipu. Prahlada sebagai seorang Bhakta tidak pernah merasa takut terhadap ancaman dan segala serangan maut yang dilancarkan ayahnya kepadanya. Dua tetap tegar dan kokoh dalam keyakinannya bahwa Wisnu akan menjaga dan melindungi keselamatan jiwanya.
☑ Kedudukan Bhakti
Tiga karangka dasar konsep Agama Hindu adalah Karma, Bhakti, dan jnana yang hampir pararel dengan konsep yadnya, etika (susila), dan filsafat (tatwa). Ketiga konsep dasar itu diyakini sebagai jalan (marga) dalam usaha menghubungkan diri dengan Tuhan (yoga) sehingga ketiga kerangka dasar konsep itu ditambahi atau digabungkan dengan kata marga atau yoga. Dengan penambahan itu, terbentuk istilah:
1. Karma Marga atau Karma Yoga
2. Bhakti Marga atau Bhakti Yoga
3. Jnana Marga atau Jnana Yoga
Kedudukan Bhakti sebenarnya merupakan bagian yang integral dengan Karma Jnana. Artinya seseorang yang melaksanakan Karma Marga tanpa rasa Bhakti akan kehilangan kehalusan rasa, kehilangan etika dan menjadi perbuatan yang kasar sehingga sangat mungkin melanggar tatakrama ditinjau secara sosio kultural. Demikian pula seorang yang melaksanakan jnana Marga tanpa disertai rasa Bhakti terhadap Tuhan akan menjadi kering, tanpa rasa. Kedudukan Bhakti dalam tiga karangka dasar konsep itu sebenarnya begitu penting. Tanpa mempunyai rasa Bhakti,seseorang akan menjadi sombong, angkuh, dan kehilangan keseimbangan dalam menegakkan stabilitas kehidupan.
Bila kedudukan rasa Bhakti itu dikaitkan dengan Tri Marga dan organ tubuh manusia dalam kehidupannya, maka dapat digambarkan kedudukannya sebagai berikut:
Jnana adalah proses kegiatan yang lebih menonjolkan aktivitas berpikir sehingga kedudukannya terkenal di kepala manusia.
Bhakti adalah proses kegiatan rasa yang lebih menonjolkan aktivitas intuisi perasaan yang kedudukannya dalam hati manusia.
Karma adalah proses kegiatan tindakan atau tingkah laku yang lebih menonjolkan aktivitas gerak anggota badan sehingga kedudukannya terletak pada kaki dan tangan manusia.
☑ Fungsi Bhakti
Untuk apa manusia harus berkakti kepada Tuhan? Bukankah dalam diri manusia sudah ada zat Ketuhanan? Bukankah dalam konsep agama Hindu Tuhan dinyatakan "sarwa viapi atau viapi viapaka", Tuhan berada di mana-mana dan meresapi segala ciptaannya?
Pertanyaan itu sesungguhnya sudah benar bila ditanyakan dengan kalimat pertanyaan (statemen). Akan tetapi, hal itu tidak dapat diterapkan secara merata pada setiap umat. Umat pada umumnya belum sepenuhnya meyakini dan menghayati bahwa Tuhan meresapi segala sesuatu, mereka kebanyakan membayangkan bahwa Tuhan itu berada jauh diatas, di langit yang biru, malah mungkin membayangkan di atas langit atau di tempat lain di luar diriNya.
Memang pada dasarnya manusia ada Zat ke-Tuhanan seperti halnya pada padi ada inti beras yang hakikatnya sama. Namun, terasa kurang etik bila "si padi" Berkoar-koar menyatakan dirinya beras, padahal dirinya masih kotor berisi sekam. Sekam yang ada pada diri si padi harus dijemur "ditumbuk, ditapi", agar kotorannya hilang. Setelah kotoran itu hilang,baru ia berhak dan etis menyebut dirinya beras. Demikian juga setiap manusia harus berjuang keras "dijemur, ditumbuk, ditapi" dengan sadhana dan tapa spritual sehingga bersih murni suci tanpa dosa, baru etik menyebut maha vakya "Aham Brahman Asmi".
Mengapa harus berbhakti kepada Tuhan? Ada banyak alasan yang cukup mendasar. Antara lain adalah sebagai berikut:
Untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, malah kalau mungkin agar menyatu dengan Tuhan yang disebut dengan moksa. Moksa adalah merupakan tujuan akhir dalam konsep ajaran Hindu yang dikenal dengan mokshartam.
Untuk mendapatkan kedamaian lahir batin. Bhakta yang telah menyadari bahwa segala sesuatu adalah karena kehendak Tuhan, perasaan damai (shantih) akan mudah didapatkan dan dirasakan.
Untuk mohon perlindungan. Seorang penyembah yang tekun murni dan memahami dengan baik ajaran veda.
Untuk menyucikan diri. Seseorang yang rajin berbhakti kepada Tuhan kesuciannya akan senantiasa bertambah. Kadar kesucian seorang yang rajin berbhakti akan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak atau jarang sembahyang.
☑ Manfaat Bhakti
Sebenarnya perbedaan antara fungsi dan manfaat tidak terlalu jelas. Secara teori fungsi adalah peranan yang dimainkan dalam aspek kehidupan sedangkan manfaat adalah keuntungan yang diperoleh dari suatu hal.
Fungsi Bhakti telah dibahas di atas secara pintas mirip dengan kegunaan. Namun, denganl memaparkan manfaat Bhakti berikut ini, akan semakin jelas perbedaan dan persamaan
➡ Manfaat Bhakti
Swartha adalah manfaat Bhakti untuk kepentingan diri sendiri.
Parartha adalah manfaat Bhakti untuk kepentingan orang lain.
Pramartha adalah manfaat bhakti untuk diri sendiri dan juga untuk orang lain.
➡ Sarana Bhakti
Di dalam Naradha Bhakti Sutra dinyatakan bahwa ada 16 macam bhakti ditinjau dari sarana yang digunakan dalam bhakti puja. Sarana yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Avahanam adalah bhakti dengan mengundang Tuhan. Sarannya tentu berupa japa-mantra.
Asanam adalah bhakti bhakta dengan mempersembahkan pelinggih atau tempat duduk (seat) kepada ista dewatanya. Seperti padmasana, rongtiga, beraturan, dan lain-lain.
Padyam adalah bhakti bhakta dengan mempersembahkan air pencuci kaki padma kepada ista dewatanya. Di Bali air pencuci kaki padma ini disebut tirtha "wangsuh pada" (Pencuci kaki)
Arghyam adalah bhakti bhakta dengan mempersembahkan air untuk bhakti yang akan dipercikan. Di Bali, sarana bhakti ini dijumpai dalam bentuk tirtha.
Niranjanam adalah bhakti bhakta dengan mempersembahkan api arathi yakni pelambaiyan api suci kepada ista dewata. Di Bali dijumpai dalam bentuk dipa, pedupan, dan lain-lain.
Achamanam adalah bhakti bhakta dengan mempersembahkan air.
Madhu parkam adalah sarana bhakti dalam wujud persembahan seperti madhu, susu buah, dan lain-lain. Di Bali persembahan dengan sarana ini berkembang menjadi pajegan, debogan, canang seperti canang porosan, canang sari, dalam berbagai bentuk.
Snanam adalah sarana untuk memandikan yang dapat berwujud madu, susu, air bersih atau air bunga lengkap dengan tempat cairan itu. Fenomena ini biasanya di kenal dengan istilah melis, mekiis, melasti.
Dhupam adalah sarana bhakti dengan dupa yakni setangkai ramuan dari bahan yang suci dan harum yang disulut api.
Dipa adalah persembahan bhakti api yang ditata dalam bentuk "lampu" atau "suar" atau "Pedamaran". Sarana ini tidak seumum pemakaian dupa di Bali. Namun cukup penting, dilihat dari segi fungsi api (Dewa Agni) karena multi fungsi.
Tambulan adalah sarana persembahan bhakti yang berupa sirih. Daun ini dianggap sebagai daun suci dan mempunyai berbagai khasiat untuk penyembuhan berbagai penyakit.
Vasram adalah sarana persembahan bhakti dalam wujud kain. Kain ini umumnya kain putih, kuning, hitam, poleng (hitam putih). Caranya ada yang ditaruh dilipat rapi sebagai " Rantasan" Dan diisi suci di atasnya.
Yajnopawitam adalah persembahan bhakti berupa yajna. Yajna dalam arti luas adalah pengorbanan suci yang bisa dalam bentuk dan aktivitas pelayanan, upacara (ritual), dan lain-lain.
Gandam dan akshata adalah sarana persembahan bhakti berupa harum haruman (minyak wangi). Di Bali tradisi ini masih sangat kental yang berupa bunga, varvum (minyak wangi), rayunan (makanan: nasi kepel,tumpeng, nasi yasa, dengan lauknya).
Puspam adalah sarana persembahan bhakti berupa bunga yang harum. Bunga yang layu, berulat, dirumbung semut, atau dipungut di bawah, dan bunga tertentu dilarang untuk digunakan.
Naivedam adalah sarana persembahan bhakti berupa makanan.
☑ Sasaran Bhakti
Siapa yang selayaknya dipuja, dihargai, dihormati, dan disayang oleh para bhakta. Didalam konsep veda dikenal adanya Panca Yajna yakni lima bentuk pengorbanan (dilihat dari tujuan atau sarana bhakti). Di dalam Narada Bhakti Sutra bukan lima tetapi enam yakni sebagai berikut:
Kepada Tuhan
Kepada Dewa-dewa
Kepada Leluhur
Kepada Rsi
Kepada manusia
Kepada bhuta
Bhakti kepada manusia yang disebut manusia yajna mempunyai makna prema yang saling menghargai, saling menghormati, saling menghargai, saling melayani, agar hidup menjadi sejahtera, bahagia, dan damai lahir batin. Ungkapan yang mencerminkan semua bentuk penjabaran prema itu tertuang dalam kalimat sebagai berikut:
"Love all; serve all",' Sayangi semua, layani semua.'
" Love ever hurt never", ' Sayangi selalu dan jangan pernah menyakiti.'Peningkatan SDM Berdasarkan Veda Dalam Menghadapi Era Globalisas
"Service is the best worship", 'pelayanan adalah bhakti yang terbaik.'
" Manava seva is madhava seva", ' pelayanan pada manusia berarti pelayanan kepada Dewa (Tuhan)
Demikianlah pemaparan Saya tentang bhakti Terima kasih telah membaca artikel ini, silakan tinggalkan jejak anda dikolam komentar.
Baca juga tentang Peningkatan SDM Berdasarkan Veda Dalam Menghadapi Era Globalisasi
🤗Terima kasih 🤗
Bhakti berasal dari urat Bhaj (bahasa Sanskerta) yang berarti terkait Tuhan. Dari urat kata ini terbentuk kata Bhakti yang berarti kasih sayang demi kasih sayang kepada Tuhan. Juga dari urat kata Bhaj terbentuk kata Bhajan yang berarti:
1. Bhakti sepenuh hati
2. Bhakti sambil bernyanyi (nyanyiin Suci/kepada Tuhan)
Ada beberapa kata yang bersinonim dengan kata Bhakti antara lain: prartha, sandya, arardhana, upayana, dhyana, puja, (nam) japa, stava, swadhayaya, stuti, bhajan, parama prema rupa. Menurut Rsi Naradha, ciri Bhakti dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Tidak mempunyai rasa takut
2. Paling mudah
3. (Merasa) aman
4. Meyakinkan
5. Mendapat hasil yang tercepat
6. Prihatin
7. Rendah hati
Ketujuh ciri Bhakti tersebut terlihat semua dan sepenuhnya pada Bhakta seperti yang terlihat pada diri Prahlada, putra dari Hiranyakasipu. Prahlada sebagai seorang Bhakta tidak pernah merasa takut terhadap ancaman dan segala serangan maut yang dilancarkan ayahnya kepadanya. Dua tetap tegar dan kokoh dalam keyakinannya bahwa Wisnu akan menjaga dan melindungi keselamatan jiwanya.
☑ Kedudukan Bhakti
Tiga karangka dasar konsep Agama Hindu adalah Karma, Bhakti, dan jnana yang hampir pararel dengan konsep yadnya, etika (susila), dan filsafat (tatwa). Ketiga konsep dasar itu diyakini sebagai jalan (marga) dalam usaha menghubungkan diri dengan Tuhan (yoga) sehingga ketiga kerangka dasar konsep itu ditambahi atau digabungkan dengan kata marga atau yoga. Dengan penambahan itu, terbentuk istilah:
1. Karma Marga atau Karma Yoga
2. Bhakti Marga atau Bhakti Yoga
3. Jnana Marga atau Jnana Yoga
Kedudukan Bhakti sebenarnya merupakan bagian yang integral dengan Karma Jnana. Artinya seseorang yang melaksanakan Karma Marga tanpa rasa Bhakti akan kehilangan kehalusan rasa, kehilangan etika dan menjadi perbuatan yang kasar sehingga sangat mungkin melanggar tatakrama ditinjau secara sosio kultural. Demikian pula seorang yang melaksanakan jnana Marga tanpa disertai rasa Bhakti terhadap Tuhan akan menjadi kering, tanpa rasa. Kedudukan Bhakti dalam tiga karangka dasar konsep itu sebenarnya begitu penting. Tanpa mempunyai rasa Bhakti,seseorang akan menjadi sombong, angkuh, dan kehilangan keseimbangan dalam menegakkan stabilitas kehidupan.
Bila kedudukan rasa Bhakti itu dikaitkan dengan Tri Marga dan organ tubuh manusia dalam kehidupannya, maka dapat digambarkan kedudukannya sebagai berikut:
Jnana adalah proses kegiatan yang lebih menonjolkan aktivitas berpikir sehingga kedudukannya terkenal di kepala manusia.
Bhakti adalah proses kegiatan rasa yang lebih menonjolkan aktivitas intuisi perasaan yang kedudukannya dalam hati manusia.
Karma adalah proses kegiatan tindakan atau tingkah laku yang lebih menonjolkan aktivitas gerak anggota badan sehingga kedudukannya terletak pada kaki dan tangan manusia.
☑ Fungsi Bhakti
Untuk apa manusia harus berkakti kepada Tuhan? Bukankah dalam diri manusia sudah ada zat Ketuhanan? Bukankah dalam konsep agama Hindu Tuhan dinyatakan "sarwa viapi atau viapi viapaka", Tuhan berada di mana-mana dan meresapi segala ciptaannya?
Pertanyaan itu sesungguhnya sudah benar bila ditanyakan dengan kalimat pertanyaan (statemen). Akan tetapi, hal itu tidak dapat diterapkan secara merata pada setiap umat. Umat pada umumnya belum sepenuhnya meyakini dan menghayati bahwa Tuhan meresapi segala sesuatu, mereka kebanyakan membayangkan bahwa Tuhan itu berada jauh diatas, di langit yang biru, malah mungkin membayangkan di atas langit atau di tempat lain di luar diriNya.
Memang pada dasarnya manusia ada Zat ke-Tuhanan seperti halnya pada padi ada inti beras yang hakikatnya sama. Namun, terasa kurang etik bila "si padi" Berkoar-koar menyatakan dirinya beras, padahal dirinya masih kotor berisi sekam. Sekam yang ada pada diri si padi harus dijemur "ditumbuk, ditapi", agar kotorannya hilang. Setelah kotoran itu hilang,baru ia berhak dan etis menyebut dirinya beras. Demikian juga setiap manusia harus berjuang keras "dijemur, ditumbuk, ditapi" dengan sadhana dan tapa spritual sehingga bersih murni suci tanpa dosa, baru etik menyebut maha vakya "Aham Brahman Asmi".
Mengapa harus berbhakti kepada Tuhan? Ada banyak alasan yang cukup mendasar. Antara lain adalah sebagai berikut:
Untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, malah kalau mungkin agar menyatu dengan Tuhan yang disebut dengan moksa. Moksa adalah merupakan tujuan akhir dalam konsep ajaran Hindu yang dikenal dengan mokshartam.
Untuk mendapatkan kedamaian lahir batin. Bhakta yang telah menyadari bahwa segala sesuatu adalah karena kehendak Tuhan, perasaan damai (shantih) akan mudah didapatkan dan dirasakan.
Untuk mohon perlindungan. Seorang penyembah yang tekun murni dan memahami dengan baik ajaran veda.
Untuk menyucikan diri. Seseorang yang rajin berbhakti kepada Tuhan kesuciannya akan senantiasa bertambah. Kadar kesucian seorang yang rajin berbhakti akan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak atau jarang sembahyang.
☑ Manfaat Bhakti
Sebenarnya perbedaan antara fungsi dan manfaat tidak terlalu jelas. Secara teori fungsi adalah peranan yang dimainkan dalam aspek kehidupan sedangkan manfaat adalah keuntungan yang diperoleh dari suatu hal.
Fungsi Bhakti telah dibahas di atas secara pintas mirip dengan kegunaan. Namun, denganl memaparkan manfaat Bhakti berikut ini, akan semakin jelas perbedaan dan persamaan
➡ Manfaat Bhakti
Swartha adalah manfaat Bhakti untuk kepentingan diri sendiri.
Parartha adalah manfaat Bhakti untuk kepentingan orang lain.
Pramartha adalah manfaat bhakti untuk diri sendiri dan juga untuk orang lain.
➡ Sarana Bhakti
Di dalam Naradha Bhakti Sutra dinyatakan bahwa ada 16 macam bhakti ditinjau dari sarana yang digunakan dalam bhakti puja. Sarana yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Avahanam adalah bhakti dengan mengundang Tuhan. Sarannya tentu berupa japa-mantra.
Asanam adalah bhakti bhakta dengan mempersembahkan pelinggih atau tempat duduk (seat) kepada ista dewatanya. Seperti padmasana, rongtiga, beraturan, dan lain-lain.
Padyam adalah bhakti bhakta dengan mempersembahkan air pencuci kaki padma kepada ista dewatanya. Di Bali air pencuci kaki padma ini disebut tirtha "wangsuh pada" (Pencuci kaki)
Arghyam adalah bhakti bhakta dengan mempersembahkan air untuk bhakti yang akan dipercikan. Di Bali, sarana bhakti ini dijumpai dalam bentuk tirtha.
Niranjanam adalah bhakti bhakta dengan mempersembahkan api arathi yakni pelambaiyan api suci kepada ista dewata. Di Bali dijumpai dalam bentuk dipa, pedupan, dan lain-lain.
Achamanam adalah bhakti bhakta dengan mempersembahkan air.
Madhu parkam adalah sarana bhakti dalam wujud persembahan seperti madhu, susu buah, dan lain-lain. Di Bali persembahan dengan sarana ini berkembang menjadi pajegan, debogan, canang seperti canang porosan, canang sari, dalam berbagai bentuk.
Snanam adalah sarana untuk memandikan yang dapat berwujud madu, susu, air bersih atau air bunga lengkap dengan tempat cairan itu. Fenomena ini biasanya di kenal dengan istilah melis, mekiis, melasti.
Dhupam adalah sarana bhakti dengan dupa yakni setangkai ramuan dari bahan yang suci dan harum yang disulut api.
Dipa adalah persembahan bhakti api yang ditata dalam bentuk "lampu" atau "suar" atau "Pedamaran". Sarana ini tidak seumum pemakaian dupa di Bali. Namun cukup penting, dilihat dari segi fungsi api (Dewa Agni) karena multi fungsi.
Tambulan adalah sarana persembahan bhakti yang berupa sirih. Daun ini dianggap sebagai daun suci dan mempunyai berbagai khasiat untuk penyembuhan berbagai penyakit.
Vasram adalah sarana persembahan bhakti dalam wujud kain. Kain ini umumnya kain putih, kuning, hitam, poleng (hitam putih). Caranya ada yang ditaruh dilipat rapi sebagai " Rantasan" Dan diisi suci di atasnya.
Yajnopawitam adalah persembahan bhakti berupa yajna. Yajna dalam arti luas adalah pengorbanan suci yang bisa dalam bentuk dan aktivitas pelayanan, upacara (ritual), dan lain-lain.
Gandam dan akshata adalah sarana persembahan bhakti berupa harum haruman (minyak wangi). Di Bali tradisi ini masih sangat kental yang berupa bunga, varvum (minyak wangi), rayunan (makanan: nasi kepel,tumpeng, nasi yasa, dengan lauknya).
Puspam adalah sarana persembahan bhakti berupa bunga yang harum. Bunga yang layu, berulat, dirumbung semut, atau dipungut di bawah, dan bunga tertentu dilarang untuk digunakan.
Naivedam adalah sarana persembahan bhakti berupa makanan.
☑ Sasaran Bhakti
Siapa yang selayaknya dipuja, dihargai, dihormati, dan disayang oleh para bhakta. Didalam konsep veda dikenal adanya Panca Yajna yakni lima bentuk pengorbanan (dilihat dari tujuan atau sarana bhakti). Di dalam Narada Bhakti Sutra bukan lima tetapi enam yakni sebagai berikut:
Kepada Tuhan
Kepada Dewa-dewa
Kepada Leluhur
Kepada Rsi
Kepada manusia
Kepada bhuta
Bhakti kepada manusia yang disebut manusia yajna mempunyai makna prema yang saling menghargai, saling menghormati, saling menghargai, saling melayani, agar hidup menjadi sejahtera, bahagia, dan damai lahir batin. Ungkapan yang mencerminkan semua bentuk penjabaran prema itu tertuang dalam kalimat sebagai berikut:
"Love all; serve all",' Sayangi semua, layani semua.'
" Love ever hurt never", ' Sayangi selalu dan jangan pernah menyakiti.'Peningkatan SDM Berdasarkan Veda Dalam Menghadapi Era Globalisas
"Service is the best worship", 'pelayanan adalah bhakti yang terbaik.'
" Manava seva is madhava seva", ' pelayanan pada manusia berarti pelayanan kepada Dewa (Tuhan)
Demikianlah pemaparan Saya tentang bhakti Terima kasih telah membaca artikel ini, silakan tinggalkan jejak anda dikolam komentar.
Baca juga tentang Peningkatan SDM Berdasarkan Veda Dalam Menghadapi Era Globalisasi
🤗Terima kasih 🤗
Comments
Post a Comment