Pengaruh Triguna pada Kehidupan Pribadi Seseorang


 Pengertian Triguna
Tiga sifat dasar manusia dalam ajaran agama Hindu dikenal dengan sebutan Tri Guna. Kata Tri Guna berasal dari bahasa Sanskerta, dari kata tri dan guna. Tri artinya tiga dan guna artinya sifat atau bakat. Jadi, Tri Guna adalah tiga sifat dasar yang terdapat pada seluruh makhluk. Ketiga sifat dasar Manusia memengaruhi sejak masih dalam kandungan sampai akhir hayat. Kualitas hidup manusia memang sangat dipengaruhi oleh ketiga sifat dasar ini, apalagi seseorang yang tidak dapat mengendalikan tiga fifat ini, maka orang tersebut dapat terperosok dijurang kenistaan.
Walaupun sastra sastra ajaran agama yang indo ada yang menyatakan bahwa perilaku seorang itu dapat terbentuk oleh lingkungan tetapi sastra sastra tersebut sebagian besar memandang perilaku orang itu ditentukan oleh faktor dalam hidup faktor jiwa orang itu yang merupakan pembawaan lahir oleh karena itu dalam mengatur diri bertingkah laku faktor dalam ini yang harus diperhatikan faktor yang sifatnya darat harus digunakan dengan jalan yang diterbitkan oleh patra sastra agama itu oleh karena itu setelah itu adalah sasaran lama maka jalan yang ditunjukkan itupun jalan agama yang cenderung bersifat filosofis.
Diantara ketiga  sifat dasar manusia ini dapat saling mempengaruhi satu sama yang lain. Sifat tersebut dalat dengan mudah mempengaruhi dan membentuk watak seseorang. Sifat tersebut jyga membawa dampak terhadap kehidupan manusia baik saat ini maupun yang akan datang. Apabila ketiga sifat tersebut dapat dikendalikan dengan baik maka  akan membawa dampak positif terhadap manusia itu sendiri.  

Bagian – Bagian Triguna
Menurut lontar lontar yang ada di bali kecenderungan kecenderungan perilaku orang itu bersumber dari 3 detik apa yang di bawah sejak lahir. Oleh karena itu tidak ada seorangpun yang luput dari triguna maka juga tidak seorangpun dalam penampilannya dalam hidup ini yang tidak diwarnai oleh petugas sifat itu ketiga guna itu bekerja sama dalam diri manusia namun dalam intensitas yang berbeda-beda perpisahan ketiga guna itu tidak mungkin terjadi karena dengan demikian tidak akan ada satu gerak apapun pada manusia ini berarti sembilannya eksistensi kemanusiaan dan semuanya terhenti dalam ketiadaan. Adapun bagian-bagian dari Tri Guna itu adalah:


Sifat Sattwam 
Sifat sattuam adalah sifat tenang, jujur, dan baik. Orang yang lebih dominan sifat sattuam nya dapat membentuk karakter untuk selalu berbuat kebaikan, baik dalam pikiran, tindakan maupun perkataan sehingga orang tersebut menjadi bijaksana, cerdas, sopan, desiplin, jujur, dan selalu menegakkan dharma. 

Sifat Rajas 
Sifat rajas adalah sifat aktif, semangat, lugas, tegas, sombong angkuh serta yang lain. Orang yang lebih dominan sifat rajas nya dapat membentuk karakter kreatif, inovatif, angkuh, sombong, cepat tersinggung, dan merasa paling benar. 

Sifat Tamas 
Sifat tamas adalah sifat malas dan lamban. Orang yang lebih dominan sifat tamas nya dapat membentuk karakter malas, lamban, pasif, mudah menyerah dan tidak perduli. 

Pustaka suci thaspati Tattwa sloka 15 menjelaskan sebagai berikut: 
Laghu prakasakam sattwam cancalam tu rajah sthitam, tamo guru varanakam ityetaccinta laksanam.
Ikang Citta mahangan mawa, yeka sattwa ngaranya, ikang madras molah, yeka rajah ngaranya, ikang abwat peteng, yeka tamah ngaranya. 

Terjemahan: 

Pikiran yang ringan dan terang, itu sattwam namanya; yang bergerak cepat, itu rajas namanya; yang berat serta gelap, itulah tamah namanya. 

Terjemahan sloka di atas menjelaskan bahwa manusia memiliki tiga sifat dasar yang disebut tri guna. Sifat manusia tersebut adalah sifat sattuam, rajas, dan tamas. 

Tri Guna sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan. Orang yang terbelenggu oleh Tri Guna dapat menyebabkan manusia terbelenggu akan keduniawian. 

Pengaruh Triguna pada Kehidupan Pribadi Seseorang

Tri Guna dalam diri manusia berpengaruh pada kelahiran yang akan datang. Manusia mendapatkan surga, neraka dan moksa dipengaruhi ketiga guna dalam diri. Dalam kitab suci thaspati Tattwa dijelaskan bahwa jika salah satu guna yang dominan dari yang lain dapat mencapai surga, neraka atau Moksa.

Pustaka suci thaspati Tattwa sloka 20 menjelaskan sebagai Berikut:

 yan satwawika ikang Citta, ya heturu’ng atma pamanggihaken kamoksan, apan ya nirmala, dumeh ya gumawayaken rasaning agama lawan wekas ning guru. 

Terjemahan: Apabila sattwa Citta itu, itulah Atman menemukan kemoksaan, Atau kelepasan. Oleh karena ia suci, menyebabkan ia melaksanakan ajaran agama dan petuah guru. 

Pustaka suci thaspati Tattwa sloka 21 menjelaskan sebagai berikut: 

Yapwan pada gong nikang sattwa lawan rajah, yeka matangnyan mahyun magawaya dharma denya, kadali pwakang dharma denya kalih, ya ta matangnyan mulih ring swarga, apan ikang sattwa mahyun ing gawe hayu, ikang rajah manglakwaken. 

Terjemahan: 

Apabila sama besarnya antara sattwam dan rajah, itulah menyebabkan ingin mengamalkan dharma olehnya, berhasillah dharma itu olehnya berdua, itulah yang menyebabkan pulang ke surga, sebab sattwam ingin berbuat baik, sedang rajah itu yang melaksanakan. 

Pustaka suci thaspati Tattwa sloka 22 menjelaskan sebagai berikut: 

Yan pada gongnya ketelu, ikang sattwa, rajah, tamas ya ta matangnyan pangjadma manusa, apan pada wineh kahyunya.

 Terjemahan: Apabila sama besarnya ketiga guna; sattwam, rajah, dan tamah itu, itulah yang menyebabkan penjelmaan manusia karena sama memberikan kehendaknya atau keinginannya. 

Pustaka suci thaspati Tattwa sloka 23 menjelaskan sebagai berikut:

 yapwan citta si rajah magang, krodha kewala, saktipwa ring gawe hata, ya ta hetuning atma tibeng naraka. 

Terjemahan: 

Apabila Citta si rajah besar, hanya marah kuat pada perbuatan jahat, itulah yang menyebabkan atma jatuh ke neraka. 

Pustaka suci thaspati Tattwa sloka 24 menjelaskan sebagai berikut: 

Yapwan tamah magang ring Citta, ya hetuning atma matemahan triyak, ya ta dadi ikang dharma sadhana denya, an pangdadi ta yajanggama. Terjemahan. Berdasarkan sloka tersebut di atas, jelaslah yang menyebabkan adanya perbedaan kelahiran itu adalah tri guna, karma lahir dari tri guna, dan dari karma muncul suka dan duka. 

Sloka sloka di atas menjelaskana bahwa kelahiran yang akan datang sangat dipengaruhi oleh guna yang dominan. Jika seseorang dalam hidupnya lebih dominan sifat sattwam, dapat mengakibatkan orang tersebut mencapai surga sehingga kelahiran yang akan datang menjadi orang yang dermawan. Bijaksana, dan budiman. 

Cukup sekian dulu ya pembebasan ini, semoga artikel ini berguna dan dapat menambah pengetahuan kita semua dan buat Anda. Jangan lupa follow, atau tinggalkan coretan dikolong komentar dan kunjungi terus, https://sudhagede.blogspot.com dan dapatkan Update artikel terbaru kami.

Comments

Popular posts from this blog

Dedinan dan cara untuk menentukanya Sebagai  masyarakat Bali memiliki banyak tradisi yang unik yang merupakan pengimplementasian dari ajaran Agama Hindu itu sendiri. Prinsip-prinsip dasar keagamaan ditekankan di semua golongan masyarakat. umur yang bersangkutan. Sebagai umat Hindu rutinitas ritual keagamaan seperti sudah biasa dilakukan oleh umat Hindu, Dalam ajaran Hindu banyak orang yang telah tahu, ada sebuah istilah yang disebut upacara/ ritual dimana upacara tersebut adalah pengorbanan yang tua kikhas kepadaNya, upacara/ritual keagamaan Hindu merupakan ungkapan rasa terima kasih umat kepadaNya atas segala limpahan rejeki yang diberikan kepada umatnya. Didalam ajaran agama Hindu Otonan merupakan salah satu bentuk upacara yang merupakan bagian dari Manusa Yadnya yang sesungguhnya bertujuan untuk menyucikan manusia itu secara lahir dan bathin. Tentang otonan itu, otonan tidaklah mesti dibuatkan dengan upacara yang besar mewah, yang intinya merupakan nilai rohani, sehingga anak yang di otonin tadi mendapatkan nilai rohani sesuai yang harapkan, nilai itu dapat menyusun aneka pencerahan kepada setiap orang atau anak yang diupacarai/ dioton. Namun disini yang kita bahas bukan masalah otonan melainkan yang kita bahas adalah Dedinan (hari lahir). Dedinan (hari lahir) sangat berbeda dengan otonan kalau otonan diperingati setiap 210 hari sekali (6 bulan dalam hitungan kalender Bali) sedngkan Dedinan diperingati setiap 35 hari sekali (sebulan dalam hitungan kalender Bali). Sebenarnya Konsep dedinan sama halnya dengan birthday cuman cara penghitungannya saja yang membedakan keduanya. Menurut tradisi masyarakat Hindu Bali, mengenal istilah 10 macam basis perhitungan hari yang dinamakan dengan istilah wewaran. Basis atau sistem yang sangat populer dan sering digunakan oleh hampir semua orang di dunia. Basis yang paling sering digunakan adalah basis 7 (Sapta Wara) di mana hari yang sama berulang setiap 7 hari. Hari-hari tersebut diantaranya yaitu Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu. Selain itu ada juga satu basis yang juga sangat terkenal terutama di Jawa dimana basis tersebut yaitu basis 5 di mana hari yang sama bisa berulang setiap 5 hari sekali hari tersebut yaitu Umanis/Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon, atau dalam bahasa Bali disebut dengan panca wara. Dengan adanya cara atau proses perhitungan yang berbeda ini mengakibatkan dalam suatu hari tertentu akan dapat memiliki beberapa nama yang berbeda, sesuai dengan cara perhitungannnya. Sebagai suatu contoh, saya lahir pada rabu pahing, hari Rabu menurut basis 7 dan Pahing menurut basis 5. Jadi maka dapat dikatakan sebagai Rabu Pahing. Dapat dipikirkan seandainya bila terdapat 10 basis penghitungan hari berbeda, maka terdapat 10 sebutan nama dalam sehari tertentu. Apabila saudara merupakan orang Bali, paling tidak saudara sering mendengar "hari ini hari paskah atau Wage ataupun kliwon". Barang tentu ini merupakan beberapa nama hari menurut basis 3. Jadi hari ini atau hari esok merupakan Senin Pahing atau Selasa kanjeng ataupun Rabu Pasah. Dengan demikian Dedinan merupakan hari ulang tahun yang ditentukan dengan perharitung oleh dua cara yang berbeda menurut perhitungan basis 7 dan basis 5. Dapat dikatakan bahwa hari yang sama bisa berulang setiap 35 hari sekali. Jika saya lahir Rabu pahing maka Dedinan saya yang pertama adalah Rabu Pahing 35 hari yang akan datang. Selanjutnya, kenapa dedinan harus diperingati? Dedinan biasanaya hanya diperingati sampai beberapa kali saja yang intinya hanya sebagi cerminan bahwa sang orang tua sangat menyayangi dan sebagai ungkapan rasa cintanya terhadap sang buah hati, sebagai penyempurnaan upacara manusia yadnya, serta sebagai maksud dan tujuan sebagai pernyataan rasa terima kasih kepada Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa, karena telah dikaruniai seorang anak, memohon perlindungan, tuntunannya agar kelak tumbuh menjadi anak yang suputra. Cukup sekian dulu ya pembebasan ini, semoga artikel ini berguna dan dapat menambah pengetahuan kita semua dan buat Anda. Jangan lupa follow, atau tinggalkan coretan dikolong komentar dan kunjungi terus, https://sudhagede.blogspot.com dan dapatkan Update artikel terbaru kami.

Upacara Ngelepas Hawon atau upacara bayi umur 12 hari