Makna Upacara Otonan

Makna Upacara Otonan

Sebagai  masyarakat Bali memiliki banyak tradisi yang unik yang merupakan pengimplementasian dari ajaran Agama Hindu itu sendiri. Prinsip-prinsip dasar keagamaan ditekankan di semua golongan masyarakat. umur yang bersangkutan. Sebagai umat Hindu rutinitas ritual keagamaan seperti sudah biasa dilakukan oleh umat Hindu, Dalam ajaran Hindu banyak orang yang telah tahu, ada sebuah istilah yang disebut upacara/ ritual dimana upacara tersebut  adalah  pengorbanan yang tua kikhas kepadaNya, upacara/ritual keagamaan Hindu merupakan ungkapan rasa terima kasih umat kepadaNya atas segala limpahan rejeki yang diberikan kepada umatnya.

Upacara-upacara dalam Hindu merupakan tata cara yang dilakukan oleh umat Hindu untuk dapat melakukan hubungan antara atman dengan parama atman, antara manusia dengan penciptanya (Hyang Widhi beserta semua manifestasiNya), dengan jalan melakukan upacara yadnya (korban suci) untuk dapat meningnatkan kesucian jiwa, ada beberapa macam Yadnya yang biasa disebut dengan panca yadnya ; Dewa yadnya, Pitra Yadnya, Rsi Yadnya, Bhuta yadnya, dan Manusa yadnya. Panca Yadnya yang merupakan suatu bentuk pengorbanan tulus ikhlas kepada lima komponen yakni Dewa Yadnya kepada Tuhan beserta segala manifestasinya, Rsi Yadnya ditujukan kepada kaum brahmana yang akan memimpin suatu upacara agama, Manusa Yadnya ditujukan untuk kelangsungan kehidupan manusia itu sendiri, Pitra Yadnya untuk para pitara atau leluhur, dan Bhuta Yadnya untuk memurnikan  bhutakala. Selanjutnya kelima bentuk pengorbanan suci dan tulus ikhlas tersebut diwujudkan ke dalam bentuk upacara dan tradisi yang beragam.

Dari kelima macam yadnya tesebut khususnya tentang manusa yadnya, merupakan pengorbanan yang dilakukan secara tulus dan ikhlas serta suci yang dilakukan olah para umat Hindu yang bertujuann untuk lebih menyempurnakan hidup manusia, diantaranya : mengadakan upacara pada saat bayi masih dalam kandungan, pada waktu bayi baru lahir, saat bayi berumu 42 hari atau sering disebut dengan upacara tutug kambuhan, kemudian upacara pada waktu bayi umur 3 bulan (nelu bulanin), bayi umur 6 bulan (peweton/oton), anak yang telah beranjak dewasa, upacara potong gigi, dan diteruskan dengan upacara perkawinan/wiwaha.

Didalam ajaran agama Hindu Otonan merupakan salah satu bentuk upacara yang merupakan bagian dari Manusa Yadnya yang sesungguhnya bertujuan untuk menyucikan manusia itu secara lahir dan bathin. Tentang otonan itu, otonan tidaklah mesti dibuatkan dengan upacara yang besar mewah, yang intinya merupakan nilai rohani, sehingga anak yang di otonin tadi mendapatkan nilai rohani sesuai yang harapkan, nilai itu dapat menyusun aneka pencerahan kepada setiap orang atau anak yang diupacarai/ dioton. Maskipun demikian sungguh tidak ada gunanya jika otonan yang dikakukan itu berkali-kali megah dan besar jika sang anak tidak pernah didik untuk hormat (menghargai) orang-orang yang lebih tua. Dengan seringnya dibuatkan banten otonan, harapan para orang tua adalah agar selanjutnya sang anak bisa memperbaiki sikap yang tidak benar menjadi tindakan yang santun berbudhi baik, hormat, bijak sana serta memiliki sikap welas asih dan pada akhirnya sepanjang waktu dapat hidup bermasyarakat dengan baik. Sangat diyakini apabila suatu upacara otonan dilakukan secara sedhana dapat mengarahkan sang anak kepada kesadaran diri yang tertinggi. Karena dalam upacara otonan mengandung makna, bahwa kita berasal dariNya/Brahman dan pada saat nanti harus kembali Brahma. Bukan hanya dapat mengatakan bahwa hari ulang tahun dalam ajaran Hindu ulang tahun itu tidak diwajibkan, tapi berbeda halnya dengan upacara otonan. Karena pada saat otonan itu, kita mengucapkan do’a puja kepada Hyang Widhi serta kepada para leluhur atas perkenanNya roh/atma bisa menjelma kembali menjadi manusia, juga saat otonan itu mohon keselamatan dan kerahayuan  dalam mengarungi kehidupan selanjutnya.

Tradisi otonan saat ini semakin terdesak. Anak-anak Bali lebih suka merayakan hari ulang tahun daripada otonan. Padahal, ulang tahun bukanlah tradisi Bali. Tradisi perayaan hari kelahiran asli Bali dinamakan otonan. Selain berbiaya jauh lebih murah, otonan juga sarat nilai-nilai spiritual.

Semakin lunturnya  Tradisi Budaya “Otonan” dikalangan Remaja Hindu pada Era Modern. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan tradisi budaya “Otonan” kian memudar yaitu (1) masuknya budaya luar seperti ulang tahun;(2) sulit mengingat hari kelahiran menurut Hindu seperti Wuku;(3) kebanyakan hanya memperingati “Otonan” sampai tiga Otonan;(4) kurangnya kesadaran untuk melestarikan budaya sendiri. Generasi muda Indonesia seharusnya mencintai dan menjaga kebudayaan negara kita agar maju dan tidak hilang begitu saja.

Otonan Merupakan peringatan hari kelahiran dengan melaksanakan upakara yadnya kecil dan biasanya dipimpin oleh orang yang dituakan atau bila upakaranya lebih besar biasanya dipuput oleh pemangku (Pinandita). Upacara Otonan dilaksanakan pertama kali saat bayi berusia 210 hari. 

Makna Otonan

Makna Otonan adalah sebagai perwujudan rasa syukur karena masih diberkati umur panjang oleh Tuhan Yang Maha Esa. OtonanOtonan seseorang biasanya dilaksanakan oleh umat Hindu. Peringatanya disertai dengan upakara tertentu sesuai dengan keyakinan umat Hindu. Upakara tersebut tentunya dilakukan bukan semata-mata untuk memperingati hari otonan saja. Namun upacara tersebut memiliki makna tersendiri. Upacara tersebut memiliki tujuan tertentu seperti: Bersukur atas wara nugraha atau karunia Hyang Widhi yang dianugrahkan-Nya untuk menjelma sebagai umat manusia,   puji syukur atas karunia dan umur yang panjang serta makanan yang berlimpah atas selesainya “ngayab” banten Otonan yang diakhiri dengan menikmati banten yang telah dipersembahkan maupun banten Otonan yang telah “diayab” oleh yang bersangkutan.Mendekatkan diri kepada Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), para leluhur, kedua orang tua dan kerabat terdekat.


Dalam pelaksanaan upacara bersangkutan menyucikan diri secara jasmaniah, dengan berkeramas dan mandi, mengenakan bhusana yang bersih, dilanjutkan dengan upacara “Byakala” atau “Prayascitta”, maka dilanjutkan dengan upacara persembahyangan bersama keluarga di Pamrajan atau tempat pemujaan keluarga. Dengan upacara Otonan yang bersangkutan akan melaksanakan menyucikan diri, melenyapkan kotoran batin, menjauhkan diri dari gangguan “Bhutakala, Dengen dan sejenisnya” (mahluk-mahluk gaib yang suka mengganggu umat manusia), dengan demikian pikirannya menjadi cemerlang.

Comments

Popular posts from this blog

Dedinan dan cara untuk menentukanya Sebagai  masyarakat Bali memiliki banyak tradisi yang unik yang merupakan pengimplementasian dari ajaran Agama Hindu itu sendiri. Prinsip-prinsip dasar keagamaan ditekankan di semua golongan masyarakat. umur yang bersangkutan. Sebagai umat Hindu rutinitas ritual keagamaan seperti sudah biasa dilakukan oleh umat Hindu, Dalam ajaran Hindu banyak orang yang telah tahu, ada sebuah istilah yang disebut upacara/ ritual dimana upacara tersebut adalah pengorbanan yang tua kikhas kepadaNya, upacara/ritual keagamaan Hindu merupakan ungkapan rasa terima kasih umat kepadaNya atas segala limpahan rejeki yang diberikan kepada umatnya. Didalam ajaran agama Hindu Otonan merupakan salah satu bentuk upacara yang merupakan bagian dari Manusa Yadnya yang sesungguhnya bertujuan untuk menyucikan manusia itu secara lahir dan bathin. Tentang otonan itu, otonan tidaklah mesti dibuatkan dengan upacara yang besar mewah, yang intinya merupakan nilai rohani, sehingga anak yang di otonin tadi mendapatkan nilai rohani sesuai yang harapkan, nilai itu dapat menyusun aneka pencerahan kepada setiap orang atau anak yang diupacarai/ dioton. Namun disini yang kita bahas bukan masalah otonan melainkan yang kita bahas adalah Dedinan (hari lahir). Dedinan (hari lahir) sangat berbeda dengan otonan kalau otonan diperingati setiap 210 hari sekali (6 bulan dalam hitungan kalender Bali) sedngkan Dedinan diperingati setiap 35 hari sekali (sebulan dalam hitungan kalender Bali). Sebenarnya Konsep dedinan sama halnya dengan birthday cuman cara penghitungannya saja yang membedakan keduanya. Menurut tradisi masyarakat Hindu Bali, mengenal istilah 10 macam basis perhitungan hari yang dinamakan dengan istilah wewaran. Basis atau sistem yang sangat populer dan sering digunakan oleh hampir semua orang di dunia. Basis yang paling sering digunakan adalah basis 7 (Sapta Wara) di mana hari yang sama berulang setiap 7 hari. Hari-hari tersebut diantaranya yaitu Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu. Selain itu ada juga satu basis yang juga sangat terkenal terutama di Jawa dimana basis tersebut yaitu basis 5 di mana hari yang sama bisa berulang setiap 5 hari sekali hari tersebut yaitu Umanis/Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon, atau dalam bahasa Bali disebut dengan panca wara. Dengan adanya cara atau proses perhitungan yang berbeda ini mengakibatkan dalam suatu hari tertentu akan dapat memiliki beberapa nama yang berbeda, sesuai dengan cara perhitungannnya. Sebagai suatu contoh, saya lahir pada rabu pahing, hari Rabu menurut basis 7 dan Pahing menurut basis 5. Jadi maka dapat dikatakan sebagai Rabu Pahing. Dapat dipikirkan seandainya bila terdapat 10 basis penghitungan hari berbeda, maka terdapat 10 sebutan nama dalam sehari tertentu. Apabila saudara merupakan orang Bali, paling tidak saudara sering mendengar "hari ini hari paskah atau Wage ataupun kliwon". Barang tentu ini merupakan beberapa nama hari menurut basis 3. Jadi hari ini atau hari esok merupakan Senin Pahing atau Selasa kanjeng ataupun Rabu Pasah. Dengan demikian Dedinan merupakan hari ulang tahun yang ditentukan dengan perharitung oleh dua cara yang berbeda menurut perhitungan basis 7 dan basis 5. Dapat dikatakan bahwa hari yang sama bisa berulang setiap 35 hari sekali. Jika saya lahir Rabu pahing maka Dedinan saya yang pertama adalah Rabu Pahing 35 hari yang akan datang. Selanjutnya, kenapa dedinan harus diperingati? Dedinan biasanaya hanya diperingati sampai beberapa kali saja yang intinya hanya sebagi cerminan bahwa sang orang tua sangat menyayangi dan sebagai ungkapan rasa cintanya terhadap sang buah hati, sebagai penyempurnaan upacara manusia yadnya, serta sebagai maksud dan tujuan sebagai pernyataan rasa terima kasih kepada Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa, karena telah dikaruniai seorang anak, memohon perlindungan, tuntunannya agar kelak tumbuh menjadi anak yang suputra. Cukup sekian dulu ya pembebasan ini, semoga artikel ini berguna dan dapat menambah pengetahuan kita semua dan buat Anda. Jangan lupa follow, atau tinggalkan coretan dikolong komentar dan kunjungi terus, https://sudhagede.blogspot.com dan dapatkan Update artikel terbaru kami.

Pengaruh Triguna pada Kehidupan Pribadi Seseorang

Upacara Macolongan “1 Bulan 7 Hari (42 hari)”